Latest Movie :
Recent Photo

Pesantren Darul Hikmah Islamiyah Aceh Barat


Dayah/Pesantren Darul Hikmah Islamiyah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berada di bawah binaan Badan Pembinaan Pendidikan Dayah (BPPD) Aceh Povinsi Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Barat. Lembaga pendidikan Islam ini diselenggarakan berdasarkan Akte Notaris Nomor 23 tanggal 19 Oktober 2009. Pada awalnya, lembaga ini diselenggarakan berdasarkan Akte Notaris Nomor 09 tanggal 14 Februari 1984 Banda Aceh. Upaya pendirian Yayasan Dayah/pesantren Darul Hikmah Islamiyah ini diprakarsai oleh Tgk. H. Saidi Ansari pada tahun 1981 yang pada saat ini pendiri menjabat sebagai Ketua/pimpinan yayasan pesantren/dayah Darul Hikmah Islamiyah.

Pada mulanya cikal bakal yayasan ini merupakan sebuah TPA bernama Darul Hikmah yang terletak dilokasi Masjid Darul Hikmah Gampong Peunaga Rayeuk. TPA ini didirikan pada tahun 1979 dan dipimpin langsung oleh Tgk. H. Saidi Ansari. Pada awalnya jumlah murid TPA tersebut sebanyak 125 orang. Karena jumlah santrinya semakin hari semakin banyak, atas usaha gigih dan kerja keras tanpa pamrih Tgk. H. Saidi Ansari, pada tahun 1981 status lembaga tersebut ditingkatkan dari TPA Darul Hikmah menjadi Pesantren Darul Hikmah.

Tgk. H. Saidi Ansari
Pada tahun 1984, atas ketekunan dan usaha keras Tgk. H. Saidi Ansari, pesantren tersebut memperoleh badan hukum yayasan dengan nama Yayasan Dayah/pesantren Darul Hikmah Islamiyah dengan Akte Notaris Nomor 09 tanggal 14 Februari 1984. Pada tahun 1988, yayasan ini mendirikan panti asuhan yatim piatu  sampai sekarang. Kemudian karena jumlah santri meningkat tajam, tarutama santriwati yang berdatangan dari berbagai pelosok kabupaten,  Tgk. H. Saidi Ansari mendirikan kampus asrama putri pada tahun 1990 yang diresmikan oleh Bupati Aceh Barat Drs. T. Rosman dan Tgk. Ibrahim Ishak (Pimpinan Pesantren BUDI Lamno Aceh Jaya).

Untuk menjawab kebutuhan zaman guna mengintegrasikan ilmu agama dan umum dalam merespon berbagai aspek kemajuan, pada tahun 1991  Yayasan Dayah/pesantren Darul Hikmah Islamiyah mulai mendirikan sekolah umum yaitu MTsS (Madrasah Tsanawiyah Swasta), dengan dibantu tenaga pendidik yang dibayar oleh yayasan dan menggunakan standar kurikulum DEPAG RI (sekarang KEMENAG RI).
.
Kemudian karena lokasi semula tidak lagi mencukupi (yakni 45×45 M termasuk di dalamnya Masjid), pada tahun 1995 pesantren ini direlokasikan ke tanah lain yang dibeli oleh Tgk. H. Saidi Ansari yang juga berdekatan dengan Masjid Darul Hikmah tersebut (± 50 M). Tiga bulan kemudian (pada tahun itu juga), lokasi pesantren yang baru ini diresmikan oleh Bupati Aceh Barat Drs. T. Rosman dan Tgk. Prof. Dr. H.  Muhibbudin Waly  sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pimpinan Dayah Darul Hikmah bersama Gubernur Aceh
Pada tahun 1996, atas prakarsai Tgk. H. Saidi Ansari, status MTsS ditingkatkan menjadi MTsT (Madrasah Tsanawiyah Terbuka) dan diresmikan oleh staf Menteri Agama RI yang beroperasi selama 6 tahun. Kemudian pada tahun 2002, status  MTsT ditingkatkan menjadi MTsS Darul Hikmah yang terdaftar di Kementerian Agama RI serta surat izin operasionalnya dan mengeluarkan ijazah negeri sampai sekarang. Pada tahun 2000, Yayasan Dayah/pesantren Darul Hikmah Islamiyah mendirikan MAS (Madrasah Aliyah Swasta) sederajat dengan SMA. Hal ini ditandai dengan rampungnya  pembangunan gedung MAS berlantai tiga. Kemudian diresmikan oleh Kakanwil Depag yang diwakili oleh Bapak Djailani Sulaiman. Pada tahun tersebut, jumlah santri secara keseluruhan mencapai 825 orang yang diasramakan dalam kampus yang terdiri dari kampus putra dan putri. Antara kampus putra dan putri ini dipisahkan oleh oleh tembok setinggi 2,5 meter.

Pada tanggal 26 Desember 2004, pesantren ini terkena dampak gempa dan Tsunami, sehingga menyebabkan rusaknya berbagai macam fasilitas, mulai bangunan, mebel, sanitasi dan lain sebagainya. Namun demikian, sebagian fasilitas tersebut sudah direkontruksi kembali oleh beberapa NGO/LSM asing dan lokal. Akan tetapi, akibat keterbatasan dana, proses rehab dan rekon tersebut hanya mencapai 50% saja. Oleh karena itu, untuk menutup kekurangan dana tersebut, pimpinan yayasan harus menggunakan uang pribadi guna memenuhi kebutuhan pesantren. Jika ditotalkan, 99% asset pesantren berasal dari uang pimpinan yayasan dan 1% lagi bersumber dari swadaya  masyarakat.

Untuk saat ini yayasan ini memiliki santri berjumlah 428 orang. Pada tahun 2012, Yayasan Pesantren/Dayah Darul Hikmah Islamiyah  mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Darul Hikmah Aceh Barat di bawah binaan Yayasan Pesantren/Dayah Darul Hikmah Islamiyah  dan Kopertais Wilayah V Aceh.  Lembaga pendidikan Islam ini diselenggarakan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam KEMENAG RI Nomor : DJ. I / 149 / 2012.

STAI Darul Hikmah
Upaya pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam ini merupakan wujud nyata dari program pimpinan yayasan pesantren/dayah Darul Hikmah Islamiyah Tgk. H. Saidi Ansari dan kerja keras para tokoh muda yang peduli pendidikan serta dukungan dari pihak pemerintah daerah Kab. Aceh Barat, Kementerian Agama, Pemerintah Provinsi Aceh, IAIN Ar-raniry, IAIN Sumatera Utara, kalangan Ulama dayah dan ormas-ormas Islam yang berpaham Ahlus Sunnah Wal Jamaah.

Dengan demikian keberadaan Yayasan Pesantren / Dayah Darul Hikmah Islamiyah sebagai salah satu kontribusi lembaga pendidikan terpadu yang mampu mengintegrasikan ilmu agama dan umum untuk memenuhi permintaan masyarakat di wilayah pantai barat-selatan Provinsi Aceh.

Akhirnya, kita sangat mengharapkan dukungan, partisipasi, dan koorperatif dari pemerintah, lembaga pendidikan, perguruan tinggi untuk saling bekerja sama secara proaktif dalam memajukan pendidikan dan melahirkan para ilmuwan yang memiliki kompetensi yang handal, profesional dan berwawasan keislaman.

MUDI Mesra, Mendobrak Tradisi Dayah Aceh



Dayah MUDI Mesra berada di Desa Mideuen Jok, Kemukiman Mesjid Raya Samalanga, Bireuen, merupakan salah satu dayah salafiyah tertua di Aceh maupun Asia Tenggara.

Dayah ini sudah berdiri sejak masa Sultan Iskandar Muda. Namun, baru sekitar tahun 1927 dayah tersebut berkembang saat dipimpin oleh Al-Mukarram Tgk H Syihabuddin Bin Idris.

Saat dipimpin Tgk H Syihabuddin bin Idris, jumlah santri di Dayah tersebut sebanyak 100 orang putra dan 50 orang putri. Mereka diasuh oleh 5 orang tenaga pengajar lelaki dan dua guru putri. Saat itu, asrama tempat menginap santri hanyalah barak-barak darurat yang dibuat dari bambu dan rumbia. Setelah Tgk H Syihabuddin Bin Idris wafat tahun 1935, dayah MUDI Mesjid Raya dipimpin oleh adik iparnya, Al-Mukarram Tgk H Hanafiah bin Abbas atau lebih dikenal dangan gelar Tgk Abi. Jumlah santri saat itu, mulai meningkat menjadi 150 orang santri putra dan 50 orang putri.
Pada masa kepemimpinan Tgk Abi, pimpinan dayah pernah diwakilkan kepada Tgk M Shaleh selama dua tahun ketika Tgk Abi berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan memperdalam ilmu agama.

Setelah almarhum Tgk H Hanafiah wafat (1964) dayah tersebut dipimpin oleh salah seorang menantunya, yaitu Tgk H Abdul Aziz Bin Tgk M Shaleh. Almukarram yang dipanggil dengan Abon yang bergelar Al-Mantiqiy ini adalah murid dari Abuya Muda Wali pimpinan Dayah Bustanul Muhaqqiqien Darussalam, Labuhan Haji, Aceh Selatan.
Semenjak kepemimpinan Tgk H Abdul Aziz, Dayah MUDI mengalami kemajuan. Santri yang mondok tidak hanya datang dari Aceh melainkan dari wilayah lain di Sumatera. Barak-barak santri mulai dibangun permanen.

Setelah Tgk H Abdul ‘Aziz Bin M Shaleh wafat tahun 1989, pergantian kepemimpinan dayah ini dilakukan dengan cara musyawarah alumni dan masyarakat. Melalui berbagai pertimbangan, alumni mempercayakan dayah kepada salah seorang menantu Tgk H Abdul Aziz yaitu Tgk H Hasanoel Bashry Bin H Gadeng yang kini akrab disapa Abu MUDI. Ia adalah santri lulusan dayah tersebut yang sudah berpengalaman mengelola kepemimpinan dayah semasa Abon Aziz sakit.
Sejak 1989, dayah tersebut dipimpin Abu MUDI dan mengalami kemajuan cukup pesat. Saat ini, tercatat ada 6.500 santri yang belajar di Dayah ini. Para santri tidak hanya dari Aceh, melainkan datang dari Pulau Jawa, Malaysia, Brunai Darussalam, Singapura, dan Australia


Semenjak Tgk. H. Hasnoel Bashry memimpin saat ini Pesantren Mudi Mesra semakin hari semakin bertambah berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Selain itu jumlah santri yang mengenyam pendidikan agama Islam di pesantren itu menjadi banyak, sehingga mencapai jumlah 2.193 orang, yang sudah tentu terbagi dua yaitu santri dan santriwati, masing-masing 1. 462 santri laki-laki dan ditambah sebanyak 731 santri perempuan.

Semenjak Tgk. H. Hasnoel Bashry memimpin saat ini Pesantren Mudi Mesra semakin hari semakin bertambah berkembang pesat seiring perkembangan zaman. Selain itu jumlah santri yang mengenyam pendidikan agama Islam di pesantren itu menjadi banyak, sehingga mencapai jumlah 2.193 orang, yang sudah tentu terbagi dua yaitu santri dan santriwati, masing-masing 1. 462 santri laki-laki dan ditambah sebanyak 731 santri perempuan.

Pesantren Mudi Mesra mengambil cara serta metode pengajaran dan pendidikan dari Ibtidayah, Tsanawiyah, Aliyah dan Takhassus, yang mengambil masa pendidikan masih-masing selama dua tahun.

Sedangkan yang menyangkut dengan ajaran atau kurikulum lebih banyak dikonsentrasikan pada pelajaran Tafsir, Hadist, Fiqh, Usul Fiqh, Kalam, dakwah dan materi lain yang berhubungan dengan kebutuhan, ketrampilan hidup serta pengembangan dalam masyarakat.

Kegiatan santri di luar jam belajar mengajar atau ekstra kulikuler, para santri mendapatkan pengajaran kursus dan keterampilan seperti kursus komputer, mengetik, menjahit, tata boga dan bordir. Selain itu juga diajarkan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

Selain pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pendidikan, para santri juga diajarkan cara pertukangan, pertanian, serta para santri juga diberikan tambahan pelajaran seperti belajar kelompok Paket B setara SLTP.

Untuk mengetahui tentang kesehatan dan soal penyakit, pesantren itu juga menjalin kerjasama dengan pihak Pukesmas, dalam rangka memberantas penyakit demam berdarah dan diare serta melakukan bakti amal kepada masyarakat di setiap desa.

Pesantren Mudi Mesra juga membentuk suatau badan usaha di bidang perekonomian berupa koperasi yang bernama Kopantren Al-Barkah pada tahun 1982 bergerak di bidang usaha simpan pinjam, Wserda dan juga Kantin.

Mudi Mesra juga melakukan pembinaan bagi alumninya, sehingga pesantren induk dan alumni terjalin rasa persaudaraan dan rasa kekeluargaan terjalin dengan efektif baik visi dan misi.

Jebolan dari pasantren yang dibangun pada tahun 1900 itu ada yang sudah melanjutkan study hingga keluar negeri. Selain itu banyak sudah jebolan dari Pesantren Mudi Mesra tersebut bekerja di instansi pemerintah dan swasta.

Ternyata selain itu ada juga alumni dari Pesantren Mudi Mesra itu membuka atau mendirikan pesantren-pesantren di daerah lain,  kalau dikalkulasi hingga saat ini mencapai kurang lebih 159 pasantren yang tersebar di Aceh maupun luar Aceh.

Dengan demikian secara tidak langsung jebolan atau lulusan pesantren yang lahir pada 1900 itu menciptakan generasi-generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Beberapa jebolan alumni pasantren yang berhasil mengembangkan dan membangun pesantren lain di antaranya adalah Tgk. H. Usman Ali atau yang biasa disapa dengan nama Abu Kuta Krueng.

Dia telah mampu membagi ilmu yang diperolehnya di Pesantren Mudi Mesra dengan membangun satu buah pesantren yang bernama Darul Munawarah yang terletak di sebuah Desa Kuta Krueng, Kecamatan Bandar Dua, Pidie.

Selain itu ada juga Tgk. H. Ghazali Muhammad Syam, yang membangun sebuah pesantren yang diberi nama Syamsyudh Dhuha bertempat di sebuah Desa Cot Murong, Kecamatan Dewantara, Aceh Utara.

Pesantren Darul Huda, didirikan di tempat Desa Lueng Angen, Kecamatan Tanoh Jambo Aye, Aceh Utara, oleh Tgk . H. Muhammad Daud Ahmad, Tgk H. Ibrahim Berdan atau yang lebih dikenal dengan Abu Panton, memimpin Pesantren Malikul Saleh, di Desa Rawa Iteik, Panton Labu, Aceh Utara. Serta Tgk. Nuruzzahri atau Waled Nu mendirikan Pesantren Ummul Ayman di Desa Gampong Putoh, Kecamatan Samalanga, Bireuen.

Selain di dalam daerah Aceh sendiri, juga beberapa alumni Mudi Mesra mendirikan di luar daerah Aceh, seperti Drs. K.H. Anwar Ulumuddin Daud, membangun Pesantren Darussalam Muttaqim di Desa Kedaton, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Selain itu Tgk. Marzuki. AG, mendirikan Pesantren Mudi Mekar di Kampung Panahan, Pondok Gede, Jakarta, serta di daerah lain yang masih di luar daerah Aceh.

Seluruh anak didik yang berada pada Pesantren Mudi Mesra menjalankan pendidikan asarama yang bernuansa religius dan berlangsung selama 24 jam, secara rutin dan kontinu murid–murid di sana juga dibekali dengan ilmu agama yang merupakan kurikulum pendidikan.

Di samping dibekali dengan ilmu agama mereka juga dibekali dengan ilmu keterampilan umum sebagai bekal menunjang keahlian mereka untuk hidup bermasyarakat serta dalam lapangan kehidupan.

Tenaga pendidik Dayah Mudi Mesra berjumlah 349 orang guru, diantaranya 234 guru tetap dan 115 guru cadangan, terdiri dari 289 guru laki-laki serta 60 orang perempuan. Guru-guru tersebut alumni pesantren itu sendiri.

Dari keseluruhan jumlah santri 2. 193 orang itu, diantaranya 144 santri baru hanya tamatan SD. Untuk tamatan SD diupayakan untuk melajutkan kependidikan yang lebih formal melalui kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait, seperti Kelompok Belajar (Kejar) Paket B, dengan SLTP sebanyak 80 orang santri.

 Pesantren Mudi Mesra melalui yayasan Pendidikan Islam Al-Aziziyah telah mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Aziziyah dan pada awal tahun pertama dibuka telah diikuti sebanyak 170 orang santri, setelah itu bertambah pada tahun kedua sebanyak 80 orang santri dan tahun ketiga sekarang bertambah 95 orang santri lagi. (Selesai )

Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan


PONDOK Pesatren (Ponpes) Darussalam Labuhan Haji merupakan salah satu dayah tertua di Aceh Selatan. Keberadaan lembaga pendidikan non formal itu sudah sangat dikenal, baik  di dalam negeri maupun luar negeri.

Dayah yang didirikan oleh Syeikh Abuya Muda Waly Al- Khalidy tahun 1942 itu sudah mencetak ribuan ulama besar yang sebagian di antaranya sudah mendirikan pondok pesantren.  Sebagian alumni lainnya bahkan pernah menjadi wali kota, bupati, dan pejabat penting di berbagai daerah.

Meskipun Abuya Syech Muda Waliy yang merupakan anak bungsu pasangan Syeikh Haji Muhammad Salim bin Malin Palito - Janadar bin Nya’ Ujud yang lahir tahun 1917 di Desa Blang Poroh itu sudah meninggal dunia tahun 1961 dalam usia 44 tahun, namun lembaga pendidikan non formal yang dilanjutkan oleh anak-anak almahum secara bergiliran itu, yakni  Prof Muhibbudin Wali, Muhammad Nasir Wali (alm), Mawardi Wali, Jamaluddin Wali, Amran Wali, Ruslan Wali, dan Abdur Rauf Wali, masih tetap  eksis mendidik anak bangsa untuk menjadi genarasi yang Islam.

“Abu Mawardi Wali, Kepala Bidang Pendidikan Ponpes Darusslam, kepada Serambi, pekan lalu  mengatakan, sejak mulai berdiri pesantren ini sudah maju. Berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari berbagai negara, seperti Malaysia,  juga pernah menimba ilmu agama di Ponpes tersebut.

“Mereka yang menimba ilmu di pesantren itu kini telah menjadi ulama besar dan telah mendirikan ponpes di berbagai daerah. Bahkan tidak sedikit pula di antara alumni ponpes itu yang menjadi pejabat daerah,” katanya.

Mesk telah berjasa mencetak ulama besar dan pejabat, akan tetapi lembaga pendidikan non formal itu sepertinya terlupakan. Buktinya dayah yang sudah berjasa dalam pendidikan itu masih mengandalkan bangunan tua yang sudah lapuk dimakan usia.

Selain masih banyaknya bangunan sudah tua, di pesantren itu juga masih sangat terbatas infrastruktur dan fasilitas lainnya. Seperti rangkang (asrama) para santri masih dalam kondisi darurat, hanya berdinding papan dan atap bertap rumbia.

Begitu juga halnya dengan asrama santriwati yang dibangun tahun lalu dengan dana aspirasi anggota dewan hingga kini masih terbengkalai. Pembangunan asrama berlantai dua itu baru sebatas pembangunan pondasi dan tiang. Kondisi ini mengakibatkan para santriwati terpaksa tinggal di bangunan darurat dan tidak layak huni.

“Kita sudah pertanyakan kelanjutan pembangunan asrama putri itu, tapi bapak dewan itu mengatakan dana untuk itu tidak tersedia lagi,” kata Abu Mawardi Wali.

Didampingi Sekretaris Dayah Darussalam Labuhan Haji, Yurnalis Wali, Abu Mawardi Wali,  menambahkan, kekurangan infrastruktur itu menyebabkan pihaknya sangat  kewalahan dalam menampung santri yang belajar di ponpes tersebut. “Kini santri yang menuntut ilmu agama di ponpes itu mencapai 500 orang,” katanya.(azhari syamsuddin)

Sumber:"Serambinews"

Dayah Isfatuddin Aceh Timur


Aceh Timur - DI tengah spekulasi akan terjadi penundaan Pilkada Aceh sebagai salah satu bentuk kebijakan baru yang akan diumumkan pemerintah pusat, ternyata di tingkat lokal, suara yang menginginkan pilkada tidak ditunda juga tak kalah nyaringnya.

Aspirasi yang menginginkan pilkada berjalan sesuai tahapan yang sudah ditetapkan datang dari unsur ulama baik perorangan maupun lembaga, ormas, bahkan para eks kombatan GAM. Mereka mengingatkan penundaan pilkada akan berdampak luas secara politik, perdamaian, dan ekonomi rakyat Aceh.

Ketua Majelis Ulama Dayah Ishafuddin Kabupaten Aceh Timur, Tgk H Azhar BTM (Waled Azhar) meminta agar pemerintah pusat mendorong pelaksanaan pilkada dilanjutkan sesuai tahapan yang telah berjalan.

“Jika pilkada ditunda, maka akan terjadinya Pj (penjabat gubernur, red). Kondisi ini akan memberi dampak luas. Secara administrasi pemerintah juga akan terganggu karena Aceh masih dalam masa transisi,” ujar Waled Azhar kepada Serambi, Rabu (5/10).

Disebutkan, konsekwensi penundaan pilkada diyakini akan berdampak luas dan merembet pada kondisi sosial politik rakyat Aceh. Bukan tidak mungkin, kata Waled Azhar, penundaan pilkada akan memicu kekacauan politik, memicu terjadinya intimidasi (tekanan) di antara pihak-pihak tertentu.

“Sekarang kondisi sudah tenang. Terlebih di Aceh Timur. Pandangan tokoh masyarakat di sini mendesak agar pemerintah pusat tetap pada kebijakan melaksanakan pilkada tahun ini,” tegasnya.

Waled Azhar menyebutkan pemerintah pusat harus membayar mahal bila memang memutuskan pilkada di Aceh harus ditunda. Kewibawaan pemerintah di mata rakyat Aceh akan menurun sebab keputusan pemerintah tersebut cerminan dari keputusan tidak konsisten (istiqamah).

Dikatakannya, kandidat kepala daerah yang tidak yakin dan ragu dalam bersaing di pilkada sehingga meminta agar pilkada ditunda, semestinya harus melakukan introspeksi. “Lebih baik memperbaiki diri agar bisa diterima masyarakat,” ujarnya.

Menurut Waled Azhar, sikap Majelis Ulama Dayah Ishafuddin Aceh Timur ini telah dikonsultasikan dengan sejumlah tokoh masyarakat dan pimpinan dayah setempat, termasuk di beberapa kabupaten lainnya.

“Dalam konsultasi ini sudah disepakati agar pilkada tetap dilanjutkan, jangan ada penundaan. Ini demi menyelamatkan perdamaian, baik secara politik maupun ekonomi,”

Sumber:"Acehtraffic"

Ulama Kharismatik Aceh - Alm. Tgk.H. Syech H. Hasan Abati (Abati Lamno - Aceh Jaya)



Alm. Tgk.H. Syech H. Hasan Abati (Abati Lamno - Aceh Jaya)
Alumni Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan.


"Cintailah Orang-Orang Shaleh, Karena Mereka Memilika Keshalehannya, Cintailah Nabi Muhammad SAW, Karena Dia Kekasih Allah SWT Dan CIntailah Allah SWT, Karena DIa Kecintaan Nabi Dan Orang-Orang Shaleh." (Imam Syafi'i)

Photo Ulama Aceh - Alm. Tgk.H. Muhammad Thaib (Abu Batee Lhee - Aceh Utara)


Alm. Tgk.H. Muhammad Thaib (Abu Batee Lhee - Aceh Utara)
Alumni Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan.

"Cintailah Orang-Orang Shaleh, Karena Mereka Memilika Keshalehannya, Cintailah Nabi Muhammad SAW, Karena Dia Kekasih Allah SWT Dan CIntailah Allah SWT, Karena DIa Kecintaan Nabi Dan Orang-Orang Shaleh." (Imam Syafi'i)


Foto Ulama Aceh - Alm. Tgk.H. Abdul Wahab Bin Abbas (Abu Wahab Seulimuen - Aceh Besar)







































Alm. Tgk.H. Abdul Wahab Bin Abbas (Abu Wahab Seulimuen - Aceh Besar)
Alumni Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan.

"Cintailah Orang-Orang Shaleh, Karena Mereka Memilika Keshalehannya, Cintailah Nabi Muhammad SAW, Karena Dia Kekasih Allah SWT Dan CIntailah Allah SWT, Karena DIa Kecintaan Nabi Dan Orang-Orang Shaleh." (Imam Syafi'i)

Ulama Kharismatik Aceh - Alm. Tgk.H. Muhammad Dsyah Lailon (Abu Dasyah - Aceh Selatan)


"Cintailah Orang-Orang Shaleh, Karena Mereka Memilika Keshalehannya, Cintailah Nabi Muhammad SAW, Karena Dia Kekasih Allah SWT Dan CIntailah Allah SWT, Karena DIa Kecintaan Nabi Dan Orang-Orang Shaleh." (Imam Syafi'i)

Alm. Tgk.H. Muhammad Dsyah Lailon (Abu Dasyah - Aceh Selatan)
Alumni Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan.





Powered by Blogger.
 
Support : Creating Website | Free Template | Blog Template
Copyright © 2015. Foto Ulama Kharismatik Aceh - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Baharsj
Proudly powered by Blogger